Telaga Sarangan, Tempat Wisata di Magetan Dengan Berbalut Mitos Serta Legenda
Wisata Ekstrim – Telaga Sarangan atau Telaga Pasir adalah salah satu tempat wisata di Magetan yang cukup populer bagi wisatawan lokal. Letak Telaga Sarangan berada di lereng Gunung Lawu, tepatnya masuk ke wilayah Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Lokasi Telaga Sarangan berjarak sekitar 16 kilometer arah barat atau sekitar 30 menit apabila ditempuh dari Kecamatan Magetan Kota. Suasana di sekitar telaga ini sangat sejuk karena berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, dengan suhu antara 15-20 derajat celcius.
Adapun luas dari Telaga Sarangan adalah sekitar 30 hektar dengan kedalaman mencapai 28 meter. Di sekitar Telaga Sarangan banyak ditemukan atraksi wisata seperti speedboat, becak air, menunggang kuda, hingga area wisata kuliner. Wisatawan bisa mencicipi sajian khas seperti sate kelinci dan kudapan emping melinjo. Ada pula penduduk lokal yang menjajakan buah tangan berupa kerajinan dari anyaman bambu dan kerajinan dari kulit.
Aktivitas wisata di Telaga Sarangan bisa diakses dari pukul 07.00-17.00 WIB dengan harga tiket masuk sebesar Rp 20.000 untuk dewasa dan Rp 10.000 untuk anak-anak. Adapun tarif masuk bagi kendaraan roda dua atau motor sebesar Rp 2.500, mobil Rp 5.000, dan bus Rp 10.000. Tarif masuk tersebut di luar tarif parkir kendaraan yang bervariasi seperti motor sekitar Rp 2.000, mobil sekitar Rp 5.000, dan bus sekitar Rp 10.000.
Masyarakat di sekitar Telaga Sarangan mempercayai sebuah mitos soal pasangan kekasih yang akan putus jika bercinta di dekat ke Telaga Sarangan FOR4D. Pasangan kekasih tersebut akan putus karena terkena kutukan dari pengaruh gaib di tempat tersebut. Namun lantaran hanya sekadar mits, ada pasangan yang memang putus tak lama setelah kembali dari Telaga Sarangan, namun ada pula yang tetap langgeng hingga berlanjut ke jenjang pernikahan. Legenda di Telaga Sarangan Selain mitos tersebut, ada juga legenda terkait keberadaan sebuah pulau di tengah Telaga Sarangan. Masyarakat setempat percaya bahwa pulau tersebut keramat karena dihuni sosok leluhur yaitu Kyai Pasir dan Nyai Pasir.
Diceritakan bahwa Kyai Pasir dan Nyai Pasir adalah sosok suami istri yang belum diberikan momongan meskipun telah lama berumah tangga. Keduanya kemudian bersemedi agar Sang Hyang Widhi memberi mereka keturunan. Tak lama, doa Kyai Pasir dan Nyai Pasir dikabulkan dengan lahirnya bayi laki-laki bernama Joko Lelung. Karena usia menua dan pekerjaan berladang terasa sangat berat, Kyai Pasir dan Nyai Pasir kembali meminta agar Sang Hyang Widhi memberi mereka kekuatan. Sang Hyang Widhi kemudian memerintahkan mereka meka memakan telur yang ada di dekat ladang. Namun hal aneh terjadi setelah Kyai Pasir dan Nyai Pasir memakan telur tersebut karena perut mereka panas dan tubuh mereka mulai terasa gatal.
Ternyata telur tersebut membuat Kyai Pasir dan Nyai Pasir berubah menjadi naga FOR4D, dan tempat mereka berguling-guling menjadi cekungan berisi air yang sekarang menjadi Telaga Sarangan. Sementara berkat doa Joko Lelung, naga jelmaan Kyai Pasir dan Nyai Pasir yang berniat menenggelamkan Gunung Lawu kemudian berubah menjadi makhluk tak kasat mata. Sementara dilansir dari laman Kemendikbud, masyarakat kemudian mempercayai bahwa Kyai Pasir dan Nyai Pasir masih menunggui Telaga Sarangan dan meminta tumbal. Oleh karenanya, setiap tahun diadakan Larung Tumpeng Sesaji agar penunggu telaga itu pada tiap Jumat Pon di Bulan ruwah, sesuai Kalender Jawa. Selain itu, Larung Tumpeng Sesaji juga dilakukan untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas berkah yang diberikan dan memohon agar Telaga Sarangan tetap lestari dan warganya mendapat kemakmuran.