Kenapa Festival Lampion Waisak Selalu Diadakan di Candi Borobudur?
Apa yang kamu pikirkan jika mendengar tentang Candi Borobudur? Situs bersejarah ini bukan sekadar tempat wisata yang mampu menjadi magnet bagi para pelancong. Namun, candi ini juga tempat suci bagi umat Buddha, terutama saat perayaan Hari Waisak.
Rangkaian Hari Raya Waisak terbesar di Indonesia biasanya diawali dari Candi Mendut, lalu acara puncaknya di Candi Borobudur. Salah satu acara yang paling ditunggu adalah Festival Lampion Waisak. Siapapun boleh turut memeriahkannya, tanpa ada ketentuan agama yang dianut.
Kira-kira, kenapa Festival Lampion Waisak selalu diadakan di Candi Borobudur, ya? Daripada penasaran, cari tahu alasannya, yuk!
1. Candi Buddha terbesar di dunia
Candi Borobudur merupakan Candi Buddha terbesar di dunia dan menjadi salah satu tujuan wisata paling populer di Asia Tenggara. Situs bersejarah itu memiliki lingkungan geografis yang dikelilingi Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, Pegunungan Menoreh, dan di antara Sungai Progo serta Elo. Candi yang terletak di Kabupaten Magelang ini telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Peninggalan bercorak Buddha tersebut dibangun pada masa Dinasti Syailendra antara 780–840 Masehi. Tujuan utama dibangunnya candi ini sebagai tempat pemujaan Buddha dan tempat ziarah. Saking besarnya situs ini, maka dibagi menjadi tiga zona, yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.
Kamadhatu, zona pertama yang terdiri dari 160 relief yang menjelaskan Karmawibhangga Sutra, yakni tentang hukum sebab akibat. Rupadhatu, zona kedua yang terdiri dari galeri relief batu dan 328 patung Buddha. Terakhir, Arupadhatu berupa tiga serambi yang berbentuk lingkaran mengarah ke stupa, menggambarkan kebangkitan dari dunia.
2. Pusat ziarah dan tempat suci umat Buddha
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tujuan utama dibangunnya Candi Borobudur adalah sebagai tempat pemujaan dan ziarah. Reliefnya berisi petunjuk agar manusia menjauhkan diri dari nafsu dunia dan menuju pencerahan serta kebijaksanaan menurut Buddha. Tidak hanya itu, candi tersebut juga dibangun untuk memuliakan agama Buddha Mahayana dan didirikan pada masa kejayaan agama tersebut di Indonesia.
Perlu kamu tahu, umat Buddha merayakan Hari Raya Waisak di Candi Borobudur sejak 1929 dan menjadi tradisi hingga saat ini. Awalnya, perayaan tersebut diinisiasi oleh Himpunan Teosofi Hindia Belanda, yang kala itu anggotanya terdiri dari campuran antara orang Jawa ningrat dan orang Eropa. Sayangnya, perayaan Waisak di Candi Borobudur sempat terhenti beberapa kali dengan berbagai alasan.
Pada saat Perang Revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia, perayaan Waisak sempat dihentikan. Setelah itu, dilakukan kembali pada 1953. Namun, kembali terhenti karena pemugaran pada 1973. Selama masa tersebut, pusat perayaan Waisak dipindah ke Candi Mendut.
3. Tradisi pelepasan lampion sudah ada sejak 1966
Sudah lama Candi Borobudur menjadi pusat perayaan Waisak di Indonesia, bahkan dihadiri oleh umat Buddha serta biksu dari berbagai negara. Perayaan tersebut berupa rangkaian acara yang dilakukan beberapa hari sebelum Waisak hingga puncaknya berupa pelepasan lampion. Pada Hari Raya Waisak akan dimulai dengan kirab Waisak dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur, prosesi detik-dekit, dan berbagai ritual keagamaan akan dilaksanakan di candi tersebut.
Festival Lampion Waisak di Candi Borobudur menjadi puncak perayaan Hari Waisak. Tradisi ini ternyata pertama kali diperkenalkan di Candi Borobudur sejak 1966. Sejak saat itu, semakin melengkapi kemeriahan perayaan Waisak dan menarik perhatian wisatawan di seluruh dunia.
Festival tersebut bukan sekadar tradisi untuk menghadirkan kemeriahan, tapi juga simbolisme yang menjadi bagian penting dari Waisak. Lampion dalam tradisi Waisak melambangkan terang batin yang membimbing umat Buddha dalam menempuh perjalanan spiritualnya. Sedangkan pelepasannya dapat diartikan untuk melepaskan emosi, pikiran negatif, hingga membawa doa dan harapan untuk mendapat kedamaian.
4. Daya tarik budaya dan pariwisata
Alasan selanjutnya, Festival Lampion Waisak selalu diadakan di Candi Borobudur karena memiliki daya tarik budaya dan pariwisata. Puncak perayaan Waisak tersebut dibuka untuk umum dan kamu dapat membeli tiketnya untuk mengikuti rangkaian acaranya. Hal ini juga menjadi bentuk toleransi antar umat beragama.
Selain itu, kamu bisa mendapatkan pengalaman budaya yang autentik dan merasakan atmosfer spiritual yang kuat saat mengikuti langsung festival tersebut. Tidak hanya itu, tanpa disadari kamu ikut membantu melestarikan tradisi dan budaya. Adanya festival ini juga menambah keberagaman daya tarik wisata di kawasan Candi Borobudur.
Nah, sekarang rasa penasaranmu sudah terjawab, bukan? Tradisi Festival Lampion Waisak di Candi Borobudur sudah mengakar dari puluhan tahun silam. Bukan tradisi biasa, tapi menjadi simbolisme yang bermakna dalam rangkaian perayaan Hari Raya Waisak.