Ide Itinerary dan Rute Walking Tour Menyusuri Jantung Kota Solo
Solo termasuk kota strategis yang mudah dijangkau dari Yogyakarta, Semarang, maupun kota lain di sekitar. Didukung pula dengan fasilitas transportasi umum yang memadai dan nyaman untuk keliling kota, wisatawan dari luar kota pun bisa turun di tiga stasiun besar, terminal bus, dan bandara dekat pusat kota.
Kali ini penulis menjajal walking tour di Solo dengan mengunjungi tempat-tempat populer di tengah kota. Lokasinya berdekatan dan hanya butuh waktu setengah hari untuk menjelajahi semua tempat tersebut. Mau tau seperti apa rute dan itinerary-nya? Yuk, simak sampai selesai!
1. Mulai dari Alun-alun Kidul Surakarta
Penulis memulai perjalanan dari dari bus stop Batik Solo Trans (BST) yang terletak di depan Puskesmas Gajahan. Titik perhentian ini berjarak sekitar 200 meter dari Alun-alun Kidul Surakarta. Pintu masuk alun-alun ditandai dengan Gapura Gading yang dibangun pada masa pemerintahan Pakubuwono X.
Alun-alun Kidul Surakarta termasuk salah satu open space favorit warga Solo. Tempat ini selalu ramai, terutama pagi hari dan saat ada pasar malam. Warga memanfaatkannya sebagai tempat jogging, senam, dan short escape, karena jogging track-nya lebar, areanya luas, ditambah lagi deretan kedai makan serta ada kerbau bule.
2. Menikmati tur Museum Keraton Surakarta
Itinerary selanjutnya yang penulis kunjungi adalah Museum Keraton Surakarta, jaraknya hanya 700 meter dari Alun-alun Kidul. Tepat di belakang alun-alun terdapat Pintu Selatan Keraton Surakarta. Meski sudah memasuki kawasan keraton, tapi harus berjalan melalui Jalan Sidikoro untuk bisa sampai loket masuk museum.
Saat mengunjungi Museum Keraton Surakarta, semua pengunjung wajib mengikuti tur berpemandu. Tur ini tidak ada batas minimal jumlah pengunjung, meski sendirian akan tetap di antar untuk keliling museum. Penulis didampingi oleh seorang pemandu mengelilingi museum, mulai dari area pendopo hingga melihat semua koleksi yang ada di museum.
Penulis mengikuti tur museum tersebut bersama pemandu sekitar 1 jam. Setelah itu, diperbolehkan untuk tetap berada di museum hingga jam operasional selesai atau melanjutkan perjalanan. Masih banyak itinerary terdekat yang bisa dikunjungi.
3. Menengok pusat perbelanjaan legendaris di Solo, Pasar Klewer
Penulis melanjutkan perjalanan menuju Pasar Klewer, pusat perbelanjaan legendaris di Solo. Jaraknya sekitar 450 meter dari Museum Keraton Surakarta, melalui Kori Kamandungan Ler dan Jalan Supit Urang. Pasar ini menyediakan batik, pakaian, oleh-oleh, dan pusat kuliner.
Meski namanya pasar, tapi sudah tampak lebih modern dan tertata rapi dengan adanya eskalator. Terdapat fasilitas toilet, charging station, dan pusat informasi kalau kamu membutuhkan bantuan. Selain di dalam bangunan utama, pedagang juga banyak dijumpai di sekitar bangunan pasar.
4. Menyusuri jalanan instagramable di Kampung Batik Kauman
Penulis melanjutkan perjalanan sekitar 200 meter dari Pasar Klewer menuju Jalan Wijaya Kusuma di mana Kampung Batik Kauman Berada. Di sini terdapat deretan toko penyedia produk batik dan turunannya. Wisatawan yang datang dapat membeli produk tersebut hingga belajar membatik.
Deretan gang kecil di kampung batik tersebut juga menarik banyak wisatawan, karena menjadi spot foto Instagramable. Sejumlah ornamen sengaja dipasang untuk menambah keindahannya. Selain itu, terdapat kafe dan beberapa tempat makan lokal yang lebih affordable.
Tidak sulit menemukan penjaja makanan ala rumahan di sekitar Kampung Batik Kauman. Penulis memilih untuk menyantap gado-gado di sebuah warung makan yang juga menyediakan menu makan ala rumahan. Namun, kalau kamu ingin ngopi dan makan menyantap makanan kekinian, bisa mampir di kafe.
5. Masjid Agung Kraton Surakarta yang berkubah emas
Masjid Agung Kraton Surakarta sebenarnya bersebelahan langsung dengan kawasan Kampung Batik Kauman, hanya terpisah oleh Jalan K.H Hasyim Asyari. Penulis pun menjadikannya sebagai salah satu itinerary saat walking tour di Solo. Meski belum memasuki waktu salat, masjid ini cukup ramai pengunjung.
Terdapat beberapa tempat duduk yang tersebar di halaman masjid. Sebuah menara berdiri di sisi kanan bangunan masjid. Masjid yang selesai dibangun tahun 1768 ini memiliki ciri khas berupa kubah emas di puncak atap susun tiga yang menaunginya.
6. Menikmati keramaian dari Alun-alun Lor Surakarta
Tepat berada di seberang Masjid Agung Kraton Surakarta, terdapat Alun-alun Lor yang tak kalah luasnya dari Alun-alun Kidul Surakarta. Bedanya, alun-alun ini lebih teduh dan sepi dibanding ‘saudaranya’. Pepohonan rindang mengelilingi area terluar alun-alun, menjadikannya bak oase di tengah pusat perekonomian Kota Surakarta.
Jalanan sekitar alun-alun ini menjadi jalur utama beberapa transportasi umum. Ketika melihat lurus ke arah Gapura Gladag, maka akan semakin terasa perbedaannya. Sebelum memasuki area gapura tersebut lalu lintas akan lebih ramai lagi dibandingkan alun-alun dan sekitarnya.
7. Gedung Djoeang 45 yang menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan Indonesia
Setelah beberapa saat menikmati suasana Solo dari Alun-alun Lor Surakarta, penulis melanjutkan perjalanan menuju Gedung Djoeang 45 Solo. Gedung ini terletak di Jalan Mayor Sunaryo, berdekatan dengan Pusat Grosir Solo (PGS) dan Beteng Trade Center (BTC). Kedua tempat tersebut termasuk tempat berbelanja pakaian dan kain yang populer di Solo.
Gedung Djoeang 45 Solo awalnya berfungsi sebagai fasilitas tentara Belanda. Kini menjadi museum dan tempat nongkrong bagi kawula muda saat sore hari. Untuk bisa masuk gedung tersebut, harus membeli gelato minimal Rp20.000
8. Benteng Vastenburg hanya dibuka saat ada acara tertentu
Tanpa berlama-lama di Gedung Djoeang 45 Solo, penulis kembali melalui Jalan Mayor Sunaryo. Sepanjang jalan ini juga terdapat Galabo Kuliner Malam Solo yang berupa deretan penjaja makanan. Gak harus menunggu malam, saat siang hari pun sudah banyak pedagang.
Awalnya penulis berniat untuk mengeksplorasi lebih jauh Benteng Vastenburg. Namun, menurut pedagang di sekitarnya menyatakan bahwa benteng ini hanya akan dibuka saat ada acara tertentu. Sementara itu, di dekat pintu masuk benteng terdapat toilet, musala, pangkalan untuk tukang becak, panjaja makanan, dan oleh-oleh.
9. Nongkrong sejenak di Trikopi Kampung Baru
Sebelum mengakhiri walking tour, penulis memutuskan untuk bersantai sejenak di Trikopi Kampung Baru. Kedai kopi mungil ini terletak di sekitar kompleks kantor Pemerintahan Kota Surakarta. Tidak ada tempat duduk di dalam ruangan, hanya ada di teras yang menghadap langsung ke jalan dan rooftop.
Namanya juga coffee shop, mereka hanya menyediakan minuman dan pastry sebagai pendampingnya. Meski mungil dan cukup pricey, tapi suasana di rooftop terbilang nyaman buat yang suka nongkrong sendirian sambil mengamati hiruk pikuk perkotaan. Selain itu, tempatnya teduh saat siang hari, karena terdapat pohon rimbun di sekitar kedai dan tertutup bayangan gedung tinggi di seberangnya.
Semua tempat di pusat Kota Surakarta yang dikunjungi penulis tersebut bisa menjadi ide itinerary dan rute walking tour buat kamu. Lokasinya berdekatan dan dapat dikunjungi hanya dalam waktu setengah hari. Yuk, siapkan energimu untuk walking tour!