Taman Babur, Tempat Wisata Di Tengah Perang Afghanistan
Wisata Ekstrim – Tak banyak tempat wisata di Afghanistan. Taman Babur di Kabul menjadi salah satu tempat menghela napas warga yang telah lama “tersekap” perang. Taman Babur, yang dikenal sebagai Bagh-e Babur, merupakan sudut hijau termegah di Kabul, di ibu kota Afghanistan. Taman Babur bagai oasis perdamaian di tanah yang dilanda perang. Dengan lebih dari 1 juta pengunjung sejak dibuka kembali pada tahun 2008, taman ini merupakan atraksi rekreasi paling populer di Kabul, dan pada saat yang sama menjadi saksi penting sejarah Afghanistan.
Di barat daya Kota Tua Kabul, di kaki bukit Kuh-e Sher Darwaza, Taman Babur ialah salah satu taman tertua yang bertahan dari periode Mughal. Bagh-e Babur, ditata setelah penaklukan Kabul (1504), adalah salah satu dari banyak taman yang didirikan oleh Zahir ad-Din Muhammad Babur FOR4D (1483-1530), pendiri dinasti Mughal. Kecintaan penguasa terhadap taman memiliki tradisi panjang: selama ribuan tahun taman telah menjadi bagian integral dari budaya rumah dan istana.
Di dunia Islam, perencanaan dan desain taman menggabungkan konsep agama dan prinsip estetika. Bentuk geometrisnya mencerminkan keteraturan dalam keragaman. Saluran air, air mancur, dan air terjun juga dibangun untuk membuat pengunjungnya dekat dengan alam dan kemudian bersyukur kepada Allah SWT. Taman Babur adalah metafora untuk “sepotong” surga di Bumi.
Pentingnya taman – dan kelangsungannya hingga saat ini – adalah karena keinginan Babur untuk dimakamkan di sana, di tanah kelahirannya, jauh dari dataran India yang panas.
Sebagai tempat peristirahatan terakhirnya, Bagh-e Babur menjadi tempat ziarah para penerusnya. Memoar mereka berisi deskripsi rinci tentang pekerjaan yang mereka biayai untuk memperindah makam. Setelah runtuhnya kerajaan Mughal, dari sekitar tahun 1750, taman tersebut menjadi terabaikan. Litograf, foto awal, dan tulisan perjalanan dari abad ke-19 menunjukkan bahwa taman indah ini tidak terawat.
Hingga saat kekuasaan Amir Abdur Rahman Khan, penguasa pertama saat Afghanistan (memerintah 1880-1901), ia secara radikal mengubah taman lebih modern.
Perubahan besar terakhir terjadi pada masa pemerintahan Nadir Shah (1929-1933), yang menyisipkan gaya Eropa di taman. Sepanjang Afghanistan berganti kepemimpinan, Taman Babur menjadi salah satu saksi bisu yang mampu bertahan saat perang dan kekacauan politik, hanya saja vegetasinya tidak serimbun dan seteduh dahulu kala. Rencana awal untuk mendesain ulang Taman Babur dengan memperhatikan akar sejarahnya dicetuskan pada tahun 1970-an, tetapi situasi politik kembali bergejolak.
Baru pada tahun 2002 babak baru dalam pemeliharaan taman dimulai. Menyusul penemuan struktur dari era Mughal selama penyelidikan yang dilakukan oleh Institut Arkeologi Jerman (2002-2005), proyek rehabilitasi interdisipliner dari Aga Khan Trust for Culture memodelkan rekonstruksi taman kuno pada penelitian ini. Tanggung jawab atas taman tersebut diserahkan ke tangan Afghanistan pada tahun 2008, dan sejak itu telah dikelola oleh lembaga independen.
Mengingat pentingnya sejarahnya, Taman Babur menjadi bagian dari Daftar Tentatif UNESCO untuk dimasukkan dalam Daftar Warisan Dunia pada tahun 2009. Selain Taman Babur, sejumlah tempat bersejarah di Afghanistan yang telah masuk daftar yang sama ialah; Kota Herat (2004); Kota Balkh (2004); dan Band-E-Amir FOR4D (2004). Sementara itu, baru dua situs bersejarah di Afghanistan yang resmi masuk Daftar Situs Bersejarah UNESCO, yakni; Situs Buddha Bamiyan (2003) dan Menara Jam (2002). Di tengah kondisi darurat Afghanistan yang dikuasai Taliban lagi saat ini, memori piknik dan bersantai di Taman Babur tentu saja bakal dikenang warga kota Kabul.